Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Halal Dan Haram Dalam Islam

Jumat, 09 Mei 2014 | Mei 09, 2014 WIB | 0 Views Last Updated 2021-11-25T09:11:10Z
Bismillahirrahmanirrahim

Semoga Allah Swt memberi kita rahmatNya dan Petunjuk Jalan yang lurus, sebagaimana Allah memberi kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Semoga kita selalu istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah Swt.

Saya melihat kebanyakan para penyelidik Islam dizaman modern ini hampir hampir terbagi dalam dua golongan:

Golongan Pertama:pandangannya disambar oleh kilauan kebudayaan barat;dan berhala yang besar ini ditakuti mereka sehingga kebudayaan itu disembahnya.Dan untuk ini mereka lakukan dengan penuh pengorbanan serta berdiri dihadapannya dengan menundukkan pandangannya dengan penuh kerendahan.Cara berfikir dan tradisi barat ini mereka jadikan sebagai suatu persoalan yang diterima yang tidak perlu ditentang dan diperdebatkan.

Kalau Islam itu sesuai dengan fikiran dan tradisi barat, mereka menyambutnya; tetapi kalau bertentangan, mereka berusaha mencari jalan untuk mendekatkan,atau beralasan dan menjelaskan, atau mentakwil dan merubahnya,yang seolah-olah Islam itu diharuskan tunduk kepada kebudayaan barat,filsafat barat dan tradisi barat.

Demikian menurut apa yang dapat kami tangkap dari pembicaraan mereka tentang sesuatu yang diharamkan oleh Islam, misalnya: patung,lotre,rente (riba),freelove,penonjolan anggota wanita,laki-laki memakai emas dan sutera dan sebagainya. Dan begitu juga dalam pembicaraannya tentang sesuatu yang dihalalkan Islam,misalnya:masalah talaq dan poligami.Yang seolah-olah apa yang disebut halal dalam pandangan mereka; yaitu sesuatu yang dianggap halal oleh Barat. Dan yang dikatakan haram,yaitu sesuatu yang dianggap haram oleh Barat. Mereka lupa,bahwa Islam itu Kalamullah (perkataanAllah), sedang Kalamullah itu selamanya tinggi;dia diikuti, bukan mengikuti, dia tinggi tidak dapat diatasi.

Oleh karena itu bagaimana mungkin Allah akan mengikuti hambaNya;bagaimana pula Khaliq (pencipta) mengikuti Makhluk (yang dicipta)? Firman Allah: "Andai kata kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, niscaya langit dan bumi ini serta makhluk yang didalamnya akan rusak!"(al-Mu'minun:71)

"Katakanlah Muhammad! Apakah diantara sekutu-sekutumu ada yang dapat menunjukkan kejalan yang benar? Katakanlah: Allahlah yang menunjukkan kejalan yang benar. Apakah Dzat yang menunjukkan kejalan yang benar itu yang lebih patut diikuti ataukah orang yang tidak dapat memimpin kecuali (sesudah) dia dipimpin (itu yang lebih patut diikuti) ? Bagaimana kamu berbuat begitu? Bagaimana kamu mengambil keputusan?" (Yunus:35)

Golongan Kedua: terlalu apatis,fikirannya beku dalam menilai beberapa masalah halal dan haram,karena mengikuti apa yang sudah ditulis dalam kitab-kitab, dengan suatu anggapan,bahwa itu adalah Islam.Pendapatnya sama sekali tidak mau bergeser,kendati seutas rambut; tidak mau berusaha untuk menguji kekuatan dalil yang dipakai oleh madzhabnya untuk dibandingkan dengan dalil-dalil yang dipakai orang lain, guna mengambil suatu kesimpulan yang benar sesudah ditimbang dan diteliti. Apabila mereka ditanya tentang hukumnya musik,nyanyian, catur , mengajar perempuan,perempuan membuka wajah dan tangannya dan sebagainya, maka omongan yang paling mudah keluar dari mulutnya ataupun penanya yang bergores, adalah kata-kata haram
Golongan ini lupa etika yang dipakai oleh salafus-shalih (orang-orang dulu yang saleh), dimana mereka sama sekali tidak pernah mengatakan haram, kecuali setelah diketahuinya dalil yang mengharamkannya dengan positif. Sedang yang belum begitu jelas, mereka mengatakan: "Kami membenci", "Kami tidak suka", dan sebagainya. Saya sendiri berusaha untuk tidak termasuk pada salah satu dari dua golongan diatas.

Saya tidak rela--demi membela agamaku--untuk menjadikan Barat sebagai suatu persembahan,sesudah saya menerima Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai Rasul! Saya pun tidak rela--rasioku--terikat dengan suatu madzhab, dalam seluruh persoalandan masalah,salah benar hanya mengikuti satu madzhab.

Seorang muqallid (ikut-ikutan) menurut Ibnul Jauzie:"Tidak dapat dipercaya tentang apa yang diikutin yaitu,dan taqlid itu sendiri sudah menghilangkan artirasio,sebab rasio dicipta buat berfikir dan menganalisa. Buruk sekali orang yang diberi lilin tetapi dia berjalan dalam kegelapan."

Benar! Memang saya tidak akan berusaha untuk mengikatkan diriku pada salah satu madzhab fiqih yang ada didunia ini.Sebab kebenaran itubukan dimiliki oleh satu madzhab saja.Dan imam-imam madzhab itu sendiri tidak pernah menganjurkan demikian. Mereka hanya berijtihad untuk mengetahui yang benar.Jika ternyata ijtihad mereka itu salah, akan mendapat satu pahala; dan jika benar, akan mendapat dua pahala.

Imam Malik r.a.berkata:

"Setiap orang, omongannya boleh diambil dan boleh juga ditolak, kecuali Nabi Muhammad s.a.w."

Imam Syafi'i r.a.berkata:

"Apa yang saya anggap benar, mungkin juga salah;dan yang saya anggap salah, mungkin juga benar."

Oleh karena itu tidak pantas seorang muslim yang berpengetahuan (alim) dan memiliki peralatan untuk menimbang dan menguji, bahwa dia akan menjadi tahanan oleh suatu madzhab, atau tunduk kepada pendapat seorang ahlifiqih.Tetapi seharusnya dia mau menjadi tawanan hujjah dan dalil. Selama dalil itu sah dan hujjahnya kuat,maka dialah yang lebih patut diikuti. Kalau sanadnya itu lemah dan hujjahnya pun tidak kuat, dia harus ditolak tidak memandang siapapun yang mengatakannya. Justeru itulah sejak pagi pagi Ali r.a.mengatakan:

"Jangan kamu kenali kebenaran itu karena manusianya,tetapi kenalilah kebenaran itu, maka kamu akan kenal orangnya.

dikutip dari ; kitab kontemporer
×
Berita Terbaru Update